Tuesday, March 22, 2016

Analisis Gangguan Kesetimbangan Asam Basa



BAB I
PENDAHULAN

A.    Latar Belakang
Asam adalah zat yang mampu membebaskan sebuah ion hidrogen. Suatu asam dapat kuat atau lemah, tergantung pada derajat penguraianya untuk membebaskan ion hidrogen dan ion klorda sehingga di anggap asam kuat. Sebaliknya, hanya beberapa molekul asam laktat di anggap sebagai asam lemah. Tanda keasamman diperlihatkan melalui penurunan pH. Jika komponen molekul asam mengalami deficit akan mengalami peningkatan pH atau menjadi basa (Barbara 2002).

Basa merupakan subtansi yang dapat menerima ion hidrogen tersebut keluar dari sirkulasi serum. Basa utama yang ditemukan dalam serum adalah bikarbonat. Jumlah bikarbonat yang tersedia dalam serum di atur oleh ginjal (proses metabolic). Jika jumlah bikarbonat dalam serum terlalu sedikit, akibatnya akan terjadi asidosis metabolic. Jika jumlah bikarbonat didalam serum terlalu banyak dapat mengakibatkan alkalosis metabolic. Keadaan tersebut menyebabkan perubahan pH (Barbara 2002).

PH mencerminkan konsentrasi ion hydrogen dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion hydrogen, semakin tinggi kesamaan suatu larutan dan semakin rendah Ph nya. Sebaliknya, semakin tinggi Ph, semakin rendah konsentrasi hydrogen dan semakin basa larutannya. (Corwin, 2009). Perubahan tersebut mengindikasikan terjadinya asidemia pada keadaan Ph turun di bawah normal yang berkelanjutan, serta terjadi juga alkalosis pada peningkatan Ph yang berkelanjutan. Baik asidosis maupun alkalosis keduanya sering diikuti komponen biokimia yang mengalami perubahan sehingga disebut asidosis metabolic, asidosis respiratorik, alkalosis metabolic, alkalosis respiratorik, selain itu terjadi hipoalbumin, hiperalbumin, hipokloremia maupun hiperkloremia. Perubahan tersebut berhubungan dengan perubahan konsentrasi komponen biokimia yang akan mempengaruhi komponen lainnya.

B.     Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui konsep asam basa  
2.    Tujuan Khusus
a.          Mengidentifikasi asidosis metabolic dan respiratorik
b.         Mengidentifikasi alkalosis metabolic dan respiratorik
c.          Mengidentifikasi hipoalbuminemia dan hiperalbuminemia
d.         Mengidentifikasi hipokloremia dan hiperkloremia

C.    Metodologi Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengggunakan metode study literatur serta pengumpulan informasi dari berbagai media pengetahuan ( Buku dan internet ).

D.    Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah menggunakan sistematika sebagi berikut:
Bab i Pendahuluan                              Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan  penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan
Bab ii Tinjauan Teoritis                       Berisi tentang definisi anatomi fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, dan penatalaksanaan stroke.
Bab iii : Simpulan dan Saran
Daftar Pustaka                                    Berisi tentang sumber-sumber yang dijadikan referensi dalam penyusunan makalah ini.





BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Asam
Asam adalah zat yang mampu membebaskan sebuah ion hidroge. Contoh asam antara lain adalah zat-zat yang di cetak tebal dalam rumus di bawah ini, yang semuanya diperlihatkan dapat memberikan sebuah io  hidrogen:

HCl ↔ H+ + Cl-
H2CO3 ↔ H+ + HC03-
Asam laktat ↔ H+ + Laktat
NH4+ ↔ H+ + NH3
Keterangan :
Suatu asam dapat kuat atau lemah, tergantung pada derajat penguraianya untuk membebaskan ion hidrogen dan ion klorda sehingga di anggap asam kuat. Sebaliknya, hanya beberapa molekul asam laktat di anggab sebagai asam lemah. Tanda panah  rangkap yang dperlihatkan pada setiap persamaan menandakan bahwa reaksi bersifat reversible (corwin, 2009).

B.     Basa
Basa merupakan subtansi yang dapat menerima ion hidrogen tersebut keluar dari sirkulasi serum. Basa utama yang ditemukan dalam serum adalah bikarbonat. Jumlah bikarbonat yang tersedia dalam serum di atur oleh ginjal (proses metabolic). Jika jumlah bikarbonat dalam serum terlalu sedikit, akibatnya akan terjadi asidosis metabolic. Jika jumlah bikarbonat didalam serum terlalu banyak dapat mengakibatkan alkalosis metabolic. (Barbara 2002)

Cl- + H+ ↔HCl
HCO3- + H+ ↔ H2CO3
Laktat + H+ ↔ Asam laktat
NH3 + H+ ↔ NH4+

Pada setiap reaksi di atas yang memperlihatkan diasosiasi (penguraian) suatu asam, zat yang dihasilkan bersama ion hidrogen dianggab sebagai suatu basa. Basa adalah setiap zat yang dapat mengeluarkan ion hidrogen dari larutan. Karena masing-masing rekasi di atas bersifat reversible, maka setiap zat yang di hasilkan bersama dengan ion hidrogen dapat menyatu kembali denganya, dan memindahkan reaksi kea rah yang sebailknya. Dengan demikian, zat tersebut di anggab sebagai basa. Reaksi-reaksi ini ditulis ulang di rumus berikut, dengan basa dalam huruf tebal :
Suatu basa dapat lemah atau kuat, bergantung pada derajat penerimaan ion hidrogen. Sebagian besar asam dan basa yang terdapat di dalam tubuh bersifat lemah.

Gambar 1.1 expect compensation for simple acid-base disorder

Disturbance
Compensation
Magnitude
Time to Completion
Asidosis Metabolik
HCO3-
P CO2
1.5 x HCO3- + 8
12 – 24 jam
Alkalosis Metabolik
HCO3-
P CO2
0.9 x HCO3- + 9
12 – 24 jam
Asidosis Respiratori Akut
P CO2
HCO3-
1 mmol/L/10 mm Hg
< 6 jam
Asidosis Respiratori Kronik
P CO2
HCO3-
3.5 mmol/L/10 mm Hg
> 5 hari\


Alkalosis respiratori akut
P CO2
HCO3-
2 mmol/L/10 mm Hg
< 6 hari
Alkalosis respiratori kronik
P CO2
HCO3-
5 mmol/L/10 mm Hg
> 7 hari


C.    Asidosis Metabolik
Asodis metabolik adalah penurunan pH arteri akibat masalah non-respirasi. Asidosis metabolik ditandai dengan penimbunan asam tidak menguab.
Penyebab asidosis metabolic adalah asidosis metabolik dapat timbul apabila terjadi peningkatan produksi asam –asam yang tidak mudah menguab, atau kelarnya bikarbonat. Asidosis metabolic merupakan kondisi ketika kadar bikarbonat kurang dari 22 mEq/L dan PH kurang dari 7,35. (Barbara, 2002)
a.       Asam  Yang Tidak Mudah Menguap
Asam yang tidak mudah menguap antara lain adalah asam laktat yang termasuk selama hipoksia lama, keton yang dihasilkan sebagai suatu produk sampingan metabolisme kemak pada pasien diabetes, dan asam-asam yang berasal dari over dosis obat misalnya slisilat (suatu produk metabolisme aspirin); peningkatan pembentukan asam manapun dari asam-asam ini dapat menimbulkan asidosis metabolic.
Metabolisme protein  yang berlebihan selama kelaparan atau mal-nutrisi protein juga dapat meningkatkan produksi asam yang tidak mudah menguap.



b.      Penurunan Klirens Ion Hodrogen oleh Ginjal
Penurunan kliren ion hidrogen oleh ginjal terjadi pada gagal ginjal atau apabila terjadi pada gagal ginjal atau apabila terjadi gangguan pada aliran darah ginjal. Akibat keadaan itu, ginjal yang dalam keadaan normal akan menyerap ulang semua bikarbonat dan difiltrasi secara aktif mengekskresikan ion hidrogen ke dalam urine, tidak dapat melakukan hal-hal tersebut, sehingga terjadi penimbunan ion hidrogen. Penimbunan zat-zat sisa bernitrogen, misalnya urea pada gagal ginjal atau hipoksia ginjal, dan mengasamkan darah.

c.       Hilangnya Bikarbonat
Hilangnya bikarbonat dapat terjadi apabila fungsi ginjal menurun karena ginjal gagal menyerap ulang bikarbonat. Hilangnya bikarbonat, suatu basa, menyebabkan asidosis. Kadar bikarbonat juga turun pada diare kronis karena bikarbonat terkonsentrasi dalam sekresi usus. Kadar klorida ekstrasel yang tinggi (hiperkloremia) menyebabkan asidosis metabolic karena ion-ion bikarbonat masuk kedalam sel. Metabolik asidosis jenis ini disebut asidosis hiperkloremik.

1.      Kompensasi untuk Asidosis Metabolik
Apabila asidosis disebabkan oleh gangguan metabolik, maka terjadi kompensasi respirasi. Kompensasi respirasi untuk asidosis metabolik berupa ekspirasi lebih banyak karbon dioksida oleh paru-paru, melalui peningkatan kecepatan dan kedalaman pernafasan. pH plasma akan kembali ke tingkat normal. Respirasi yang terjadi selama asidosis metabolik akibat ketoasidosis diabetes disebut pernafasan kussmaul. Kompensasi respirasi dapat muncul hampir setelah awitan asidosis. Keberhasilan kompensasi respirasi tergantung pada keparahan asidosis. Untuk asidosis metabolik yang disebabkan penyakit ginjal, ginjal juga melakukan kompensasi dan mengekskresikan lebih banyak asam.




2.      Gambaran Klinis
a.       Lemah dan keletihan akibat gangguan fungsi otot.
b.      Anoreksia, mual dan muntah.
c.       Kulit yang hangat memerah karena penurunan sensitif pH sebagai respon respon vasikuler terhadap rangsangan simpatis.
d.      Apabila asidosis metabolic disebabkan oleh ketoasidosis diabetes, maka terdapat manifestasi lain berupa:
-          Bau nafas keton (seperti buah).
-          Anoreksia, mual dan muntah, nyeri abdomen.
-          Penurunan tingkat kesadaran hingga koma.
e.       Apabila asidosis metabolic disebabkan oleh gagal ginjal kronis, maka terdapat manifestasi berupa: pruritus (gatal).
f.       Apabila asidosis metabolic disebabkan oleh diare, maka terdapat manifestasi lain berupa tanda-tanda dehidrasi termasuk penurunan tekanan darah dan penurunan turgor kulit.
g.      Nyeri dan keram abdomen.
h.      Tinja encer dan sering.

1.      Perangkat Diagnostik
a.       Analisis gas darah memperlihatkan kadar bikarbonat kurang dari 22 miliekuivalen per liter (karena penurunan bikarbonat adalah penyebab langsung asidosis atau mencerminkan suatu peningkatan konsentrasi ion hidrogen).
b.      Karena kompensasi respirasi timbul segera maka kadar karbon dioksida akan turun dengan cepat, mencerminkan kenyataan bahwa paru meningkatkan kecepatan pernafasan untuk mengeluarkan lebih banyak asam. Tekanan parsial karbon dioksida kurang dari 35 mmHg. Respirasi akan cepat dan dalam.
c.       Apabila kompensasi respirasi berhasil, maka pH plasma akan rendah tetapi berada dalam rentang normal. Apabila kompensasi tidak berhasil, maka pH plasma akan mencerminkan keasaman plasma yang tinggi dan akan kurang dari 7,35, bahkan pada saat terjadi penurunan karbon dioksida. pH urine akan asam apabila fungsi ginjal normal, karena ginjal akan berusaha mengeksresikan lebih banyak asam untuk memulihkan pH ketingkat normal.
d.      Apabila asidosis metabolic disebabkan oleh keatoasidosis diabetes, maka terdapat petunjuk diagnostic lain berupa:
-          Peningkatan glukosa darah dan urine.
-          Ketonuria dan penurunan pH urine.
-          Apabila asidosis disebabkan oleh gagal ginjal kronis, maka terdapat petunjuk diagnosis lain berupa:
-          pH urine hanya sedikit asam atau non asam.
-          Peningkatan nitrogen urea darah (BUN), mencerminkan katabolisme (penguraian) protein yang berlebihan dan penurunan GFR.
-           

2.      Komplikasi
a.       Apabila asidosis metabolic disebabkan oleh gagal ginjal kronis, komplikasi dapat berupa osteodistrofi (penguraian tulang akibat penyakit ginjal) dan ensefalopati ginjal.
b.      Apabila pH kurang 7,0, maka dapat terjadi distritmia jantung. Hal ini terjadi akibat perubahan dalam hantaran jantung, yang timbul sebagai respon langsung terhadap penurunan pH, dan karena efek peningkatan konsentrasi ion hidrogen pada kalium plasma dan intrasel.

3.      Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan untuk asidosis metabolic secara spesifik didasarkan pada pengobatan penyebab gangguan.
b.      Pada pasien yang menderita penyakit ginjal, penatalaksanaan harus mencakup pemberian basa yang berlebihan dalam makanan.
c.       Mungkin diperlukan pemberian natrium bikarbonat untuk meningkatkan pH secara cepat apabila pasien beresiko meninggal. Prosedur ini harus dilakukan secara berhati-hati karena infuse natrium bikarbonat dapat menyebabkan pembengkakan otak.
D.    Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik adalah penurunan pH arteri yang terjadi akibat gangguan respirasi primer. Paru bertugas untuk mengeliminasi asam mudah menguap dalam bentuk karbon dioksida yang merupakan hasil metabolisme. Apabila pernafasaan terganggu dan kadar karbon dioksida meningkat maka terdorong ke kanan oleh aksi masa sehingga terjadi peningkatan konsentrasi ion hidrogen akan disangga. Namun apabila ekspirasi maka kadar ion hidrogen bebas akan meningkat dan pH turun (Price, 2006).
1.      Penyebab Asidosis Respiratorik
Penyebaba asidosis respiratorik mencakup semua gangguan paru obstriktif (penyakit paru obtruktif paru menahun atau asma) serta hipoventilasi apapin sebabnya, termasuk overdosis obat atau obstruktif jalan napas. Kongesti paru yang parah dapat menyebabkan penurunan difusi karbon dioksida dari darah kedalam paru yang dapat  menyebabkan difusi karbon dioksida dari darah kedalam paru sehingga eliminasinya melalui darah berkurang. Demikian juga sindrom distress pernapasan pada bayi atau dewasa apapun sebabnya berkaitan dengan penurunan aliran darah paru serta gangguan pertukaran karbon dioksida dan oksigen antara paru dan darah sehingga terjadi penimbunan karbon dioksida.

2.      Kompensasi Untuk Asidosis Resporatorik
Apabila asidosis disebabkan oleh masalah pernapasan maka timbul kompensasi ginjal. Kompensasi ginjal menyebabkan peningkatan reabsorbsi basa. Tidak terjadi atau hanya sedikit bikarbonat yang di sekresikan dalam urine. Untuk memulainya kompensasi ginjal memerlukan waktu minimal 24 jam. Dengan demikian kompensasi tersebut hanya terjadi pada kasus asidosis respirasi yang berlangsung selama waktu tersebut. Apabila kompensasi maka pH plasma akan tetap berada dalam rentang normal.
3.      Gambaran Klinis
a.       Gejala-gejala neurologis misalnya nyeri kepala perubahan perilaku dan tremor.
b.      Dapat terjadi depresi pernapasan akibat peningkatan karbon dioksida.

4.      Perangkat Diagnostik
a.       Tekanan parsial karbon dioksida lebih besar dari 45 mmHg (karena peningkatan karbon dioksida adalah penyebab masalah).
b.      Untuk asidosis respiratorik yang berlangsung lebih dari 24 jam, kadar bikarboat plasma meingkat (lebih dari 28 miliekuivalen per liter) mencerminkan kenyataan bahwa ginjal sedang mengekskresikan banyak ion hirogen dan menyerab banyak basa,
c.       Apabila kompensasi gunjal berhasil, maka pH plasma akan rendah, tapi berada dalam retang normal. Apabila kompensasi tidak berhasil atau asidosis respiratoriknya lebih akut dari pada 24 jam, maka pH plasma akan memperlihatkan konsentrasi ion hidrogen yang tinggi (lebih besar dari 7,35). pH urine menjadi asam karena ginjal mengekskresikan lebih banyak ion hidrogen dan mengembalikan pH kenilai normal.

5.      Komplikasi
Paralisis dan koma, akibat fasodilatasi sereblum sebagai respon terhadap peningkatan konsentrasi karbon dioksida jika kadarnya menjadi toksik.

6.      Penatalaksanaan
Perbaikan fentilasi penting dilakukan, mungkin diperlukan fentilasi mekanis.

E.     Alkalosis Respiratorik
Adalah peningkatan pH arteri yang terjadi akibat gangguan pernafasan. Alkalosisrespiratorik terjadi apa bila kadar karbondioksida turun dibawah 38mhg pada penurunan karbondioksida sehingga terjadi penurunan ion hidrogen bebas dan penigkatan pH (Corwin, 2009).
1.      Penyebab alkalosisrespiratorik
Terjadi akibat hiperprntilasi. Penyebab hiperpentilasi antara lain adalah demam dan rasa cemas. Hipoksemia dapat merangsang hiperpentilasi apabila tekanan parsial oksigen dalam darah arteri turun dibawah 50mmhg ( normal sekitar 80-100 mmhg). Toksisitasalisilat dan infeksi otak dapat secara langsung merangsang pusat pernafasan di otak untuk meningkatkan kecepatan pernafasan yang menyebabkan alkalosis respiratorik.
2.      Kompensasi untuk alkalosisrespiratorik.
Alkalosisi yang disebabkan oleh gangguan pernafasan akan merangsang kompensasi ginjal. Kompensasi ginjal mengusahakan pemulihan ph ketingkat normal dengan menurunkan sekresi ion hidrogen dan secra aktif mengsekresikan ion bikarbonat kedalam urin. Kompensasi ginjal memerlukan waktu 24 jam agar efektif.
3.      Gambaran klisis.
Manifestasi klinis utama adalah pernafasan yang cepat yang menjadi penyebab alkalosis.
4.      Gangguan susunan saraf pusat termasuk pusing, kontraksi otak dan perubahan kesadaran.
5.      Perangkat diagnostik.
Analisis gas darah memperlihatkan tekanan parsial karbondiogsida dibawah35 mmhg ( karena penurunan karbondigsida adalah penyebab alkalosis). Untuk alkalosisirespiratorik yang berlangsung lebih dari 24 jam kadar bikarbonat akan menurun ( kurang dari 22 miliekuipalen perliter), yang mencerminkan kenyataan bahwa ginjal kurang menyerap ulang basa atau mensekresikan basa ke dalam urin. Apabila kompensasi ginjal berhasil, maka ph plasma akan tinggi terapi masih dalam rentang normal. Apabila kompensasi gagal atau alkalosisrespiratorik berlangsung lebih akut dari 24 jam, maka ph plasma akan mencerminkan rendahnya konsentrasi ion hidrogen ( ph lebih dari 7,35). Ph urin akan basa karena ginjal berusaha untuk mengeksresikan lebih banyak basa bikabornat dan memulihkan ph ke tingkat normal.

6.      Komplikasi
Kejang dan koma bila keadaan menetap atau menjadi mangkin parah
7.      Penatalaksanaan
Menentukan dan mengatasi penyebab hiprtpentilasi adalah terapi yang paling berhasil.
Meningkatkan tekanan parsial karbondioksida dengan bernafas melalui suatu kantong dan menghirup kembali udara yang dikelurakan dapat mengataasi alkalosis pada situasi-situasi akut.

F.        Alkalosis Metabolik
Alkalosis metabolic adalah peningkatan ph arteri akibat gangguan nonrespirasi. Terdapat beberapa penyabab alkalosis irespiratorik.
Penyebab alkalosis respiratorik metabolik dapat terjadi apabila pengeluaran asam  yang berlebihan atau apabila asupan basa meningkat. Dehidrasi dan perubahan kadar elektrolit eksternal yang menyebabkan pergeseran dalam elektrolit-elektrolit. Plasma dapat menyebabkan alkalosisrepiratorik metabolic (Corwin, 2009).

1.      Hilangnya plasma.
Dapat timbul akibat muntah yang berlebihan, karena isi lambung bersifat asam, muntah juga menyebabkan alkalosis secara tidak langsung karena keluarnya melalui muntahan.
2.      Peningkatan kadar bikabornat
Peningkatan kadar bikarbonat dapat terjadi pada asupan bikarbonat dalam bentuk antasid yang mengandung bikarbonat yang digunakan untuk mengobati indegesti atau nyeri ulu hati. Larutan bikarbonat menyebabkan alkalosis metabolik.
3.      Penurunan volume cairan eksternal
Kontraksi volume atau penuran volume cairan eksternal dapat menyebabkan peningkatan kadar bikarbonat, plasma dan alkalosis metabolik dengan mengurangi jumlah bikarbonat yang di filtrasi di glomelurus terjadi peningkatan persentase bikarbonat yang diare absorpsi kembali ke kapiller peritubulus apabila kecepatan aliran darah juga berkurang.
4.      Perubahan kadar elektrolit dan ekstrasel
Perubahan kadar elektrolit dan ekstrasel dapat menyebabkan alkalosis akibat pergeseran ion-ion hidrogen kedalam sel. Misalnya, penurunan klorida eksternal dapat menyebabkan alkalosis metabolik sewaktu klorida berdifusi keluar sel dan ion hidrogen berpindah ke kompertemen intrasel. Hal ini disebut alkalosis hipokloremik demikian juga hipokloremia (penurunan kalium plasma) dapat menyebabkan alkalosis metabolik akibat meningkatkan ekskresi hidrogen oleh ginjal.

8.         Kompensasi untuk alkalosis metabolik
Kompensasi respirasi dilakukan pada alkalosis yang disebabkan masalah metabolik.  Keturunan kecepatan dan kedalaman pernafasan adalah kompensasi respirasi yang dilakukan pada alkalosis metabolik kompensasi respirasi yang bekerja untuk mengembangkan pH plasma ke rentang normal dan dapat terjadi hampir segera setelah awitan alkalosis. Ginjal juga berperan dalam kompensasi jika mungkin.

9.    Gambaran Klinis
Kelainan neurologis muncul secara lambat dan mungkin berupa konfusi refleks yang hiperaktif, spasme dan tetani (kontraksi otot yang menetap).

10.                        Perangkat Diagnostik
Analisis gas darah memeperlihatkan kadar bikarbonat diatas 28 miliekuivalen/liter (karena peningkatan bikarbonat adalah penyebab langsung alkalosis atau mencerminkan penurunan konsebtrasi ion hidrogen).

Karena kompensasi respirasi, maka kadar karbon dioksida akan meningkat yang mencerminkan kenyataan bahwa paru memperlambat kecepatan untuk menahan lebih banyak asam agar PH kembali ketingkat normal. Tekanan parsial karbondioksida akan lebih besar dari 45 mmHg kecepatan dan kedalaman pernfasan akan berkurang yang dapat menyebabkan hipoksemia.

Apabila kompensasi respirasi berhasil maka PH plasma akan tinggi tetapi dalam rentang normal. Apabila kompensasi tidak berhasil, maka pH plasma akan mencermikan tingginya konsentrasi basa plasma dan akan lebih dari 7,45 akibat peningkatan karbon dioksida

pH urine akan basa apabila fungsi ginjal normal, karena ginjal akan berusaha mengekskresikan lenih sedikit asam dan lebih banyak basa untuk mengembalikan pH ke tingkat normal.

11.                        Komplikasi
Pada PH yang lebih dari 7,55 dapat terjadi disritmia dan koma akibat perubahan depolarisasi neuron dan sel otot jantung.

12.                        Penataleksanaan
Apabila penyebabnya adalah defisiensi klorida atau kalium, maka ion-ion tersebut harus diganti.

Apabila penyebabnya adalah penurunan volume cairan ekstrasel, maka diperlukan sulih dengan larutan salin.












BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Perubahan tingkat keasamaan atau basa mengindikasikan terjadinya asidemia pada keadaan Ph turun di bawah normal yang berkelanjutan, serta terjadi juga alkalosis pada peningkatan Ph yang berkelanjutan. Baik asidosis maupun alkalosis keduanya sering diikuti komponen biokimia yang mengalami perubahan sehingga disebut asidosis metabolic, asidosis respiratorik, alkalosis metabolic, alkalosis respiratorik, selain itu terjadi hipoalbumin, hiperalbumin, hipokloremia maupun hiperkloremia. Perubahan tersebut berhubungan dengan perubahan konsentrasi komponen biokimia yang akan mempengaruhi komponen lainnya.


B.       Saran
Pemahaman mahasiswa keperawatan terhadap bidang ilmu keperawatan kritis dalam hal ini aspek abnormalitas asam basa harus terus di tingkatkan dengan proses pembelajaran yang kontinyu selain untuk meningkatkan pemahaman yakni sebagai upaya meningkatkan displin ilmu yang lebih kompeten, berjiwa pengetahuan dan selalu berfikir kritis terhadap ilmu pengetahuan tersebut.











DAFTAR PUSTAKA

Corwin, J.E. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran:EGC. Jakarta
Guyton, A.C., & Hall, J. E. (2006). Text book of medical physiology (11th edisi). Philadelphia: W. B. Saunders
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI. Penerbit Buku Kedokteran:EGC. Jakarta

Sylvia A. Price. (2006). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran:EGC. Jakarta